Sunday, March 25, 2018

Perdarahan pada kehamilan


  BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau arbortus, sedangkan pada trimester terakhir dari kehamilan disebut perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, perdarahan pada plasenta letak rendah, pecahnya sinus marginalis, pecahnya vasa previa (Wiknjosastro,2002).
Plasenta letak rendah adalah plasenta yang tempat implantasinya beberapa milimeter atau cm dari tepi jalan lahir atau pinggir plasenta berada kira-kira 3 – 4 cm diatas pinggir pembukaan sehingga tida kakan teraba pada pembukaan jalan  lahir, resiko perdarahan tetap ada namun bisa dibilang kecil dan bisa dilahirkan pervaginam dengan aman.
Perkiraan angka kematian ibu menurut WHO ( World Health Organization ) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan di negara dengan pendapatan menengah. Penurunan angka kematian ibu selama periode 1990-2005 di Sub-Sahara Afrika hanya 0.1% per tahun. Selama periode 1990-2005 juga belum ada kawasan yang mampu mencapai penurunan angka kematian ibu pertahun hingga 5.5%. Hanya Asia Timur yang penurunannya telah mendekati target yakni 4.2 % pertahun serta Afrika Utara, Asia tenggara, Amerika latin dan Karibia mengalami penurunan yang jauh lebih besar dari Sub-sahara Afrika. Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk mencapai target tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals/MDGS) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah perempuan meninggal selama hamil dan melahirkan pada tahun 2015, target AKI untuk 2015 ialah 102/100.000 kelahiran hidup.
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi (450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup) jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persekmakmuran. Berdasarkan laporan dari Human Development indeks (HDI) pada tahun 2006 peringkat AKI untuk kawasan ASEAN, Singapura (24), Brunai Darusalam (32), Malaysia (61), Thailand (76), Filipina (77) dan Indonesia berada pada peringkat terendah yaitu (108). AKI yang tinggi menunjukkan kualitas hidup perempuan masih rendah. Hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia  secara umum. Kematian ibu secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada tingkat kematian bayi (Meutia, 2006).
Hasil survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) 2002-2003, AKI di Indonesia menunjukan angka 307/100.000 kelahiran hidup (KH), jauh diatas target AKI untuk MDG yang ditetapkan WHO sebesar 102/100.000 kelahiran hidup (DepKes RI,2007). Namun menurut Siti Fadillah Supari, untuk angka kematian Ibu (AKI), berhasil diturunkan dari 270 per 100.000 KH pada tahun 2004 menjadi 262 pada tahun 2005 dan 248 pada tahun 2006 menjadi 225 pada tahun 2007. Berdasarkan Survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2006-2007 AKI di Indonesia adalah 244 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2008 menjadi 235 per 100.000 kelahiran hidup, dan  pada tahun 2009 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup, dan diharapkan pada tahun 2010 menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintahan Indonesia menargetkan AKI dapat diturunkan menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014, selain itu kesempatan MDGs menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Sebagian besar (60-80%) kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan saat melahirkan, persalinan macet, sepsis, tekanan darah tinggi pada kehamilan dan komplikasi dari aborsi. Komplikasi kehamilan atau persalinan yang menyebabkan kematian ibu tak bisa diperkirakan sebelumnya, dan sering terjadi beberapa jam atau hari setelah persalinan. Kematian seorang ibu sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan dan kehidupan anak-anak yang ditinggalkannya. Pemerintahan Indonesia dalam upaya penurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir telah melaksanakan suatu program yaitu program making pregnancy safer (MPS). (http://pdfsearchpro.com/pdf/aki-tahun-2010.html)
Istilah 3 terlambat dan 4 terlalu merupakan fenomena  yang paling sering terjadi dan merupakan faktor pendukung penyebab AKI. Istilah 3 terlambat yaitu terlambat dalam mengenali tanda bahaya dan harus mencari pertolongan ke fasilitias kesehatan, terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan yang memadai dan terlambat dalam menerima pelayanan kesehatan yang cukup memadai pada setiap tingkatan. Istilah 4 terlalu yaitu terlalu muda muda untuk menikah, terlalu sering hamil dan terlalu banyak melahirkan dan terlalu tua untuk hamil (Depkes,2004).
AKI dikota Palembang sampai saai ini masih berpedoman pada hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survey mengenai AKI tetapi dilakukan survey penyebab langsung kematian ibu diantarannya adalah perdarahan (28%), Eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus (5%). Kemudian pada tahun 2002-2003, AKI menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup. berdasarkan hasil survey dan kependudukan Indonesia (SDKI) 2003, hal ini menunjukan bahwa AKI cenderung mengalami penurunan ( http://pdfsearchpro.com/dinaskesehatan-kotapalembang-tahun2008-2013-pdf.html )
AKI di kota Palembang berdasarkan laporan indikator database 2005 UNFPA 6 th Country Programme adalah 317 per 100.000 kelahiran lebih rendah dari AKI propinsi Sum-sel sebesar 467 per 100.000 kelahiran. Jumlah kematian ibu tahun 2006 dikota palembang sebanyak 15 orang dengan penyebabnya yaitu Eklampsia, HPP, Ca Pharing, stroke, gagal ginjal, plasenta akreta, emboli air ketuban, post sectio caesarea, kelainan jantung dan lain-lain (Y. Widyastuti, SST, M. Kes dan Susilawati, 2008).
Plasenta previa menjadi penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Plasenta previa adalah plasenta yang tertanam pada segmen bawah rahim dan terletak di daerah atau di dekat ostium internum cervix. Di sini plasenta berada di depan bagian terendah janin. Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis dan plasenta letak rendah (low lying placenta)
   ( Harry Oxorn & William R. Forte, 2010. Ilmu kebidanan patologi & Fisiologi Persalinan ). Ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil mengalami plasenta previa, diantarannya yaitu multiparitas, umur lanjut, hipoplasia endometrium, cacat jaringan. Wanita berusia lebih dari 30 tahun lebih cenderung mendapat plasenta previa. Literatur negara barat melaporkan frekuensi plasenta previa kira-kira 0,3-0,6 %. Di negara-negara berkembang berkisar antara 1-2,4 % menurut jenisnya, Eastman melaporkan plasenta previa sentralis 20%, lateralis 30% dan letak rendah 50%. Prevelensi plasenta previa di negara maju berkisar antara 0.26-2.00% dari seluruh jumlak kehamilan. Sedangkan di Indonesia dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2.4-3.56% dari seluruh kehamilan. Tiga dekade sampai dengan pertengahan tahun 1980 angka kejadian meningkat menjadi 0.48 % mungkin disebabkan oleh meningkatnya faktor resiko terjadinya plasenta previa seperti umur ibu hamil semakin tua atau terlalu muda, kelahiran secara bedah sesar, paritas yang tinggi serta meningkatnya jumpah abortus yang terjadi. Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun kerusakan endomettrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vasikularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa.
Pada keadaan yang normal plasenta terletak dibagian atas uterus. Anatomi plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gr. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya ditengah (sarwono,2001). Pada umumnya insiden plasenta previa 1 diantara 250 kehamilan frekuensinya bervariasi, namun pada nulipara kejadiannya hanya 1 diantara 1000 sampai 15000 kehamilan, dimana kejadiannya pada multipara sebesar 1 kejadian dari 29 kehamilan.

B.       Masalah
......
C.      Manfaat
1.      Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
2.      Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi mahasiswi Universitas Andalas.



BAB II
      TINJAUAN PUSTAKA
A.      Konsep dasar  medis
1.     Plasenta Previa
a.    Pengertian Plasenta Previa
Plasenta merupakan akar janin untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam bentuk Oksigen, asam amino, vitamin, minral dan zat lainnya ke janin dan membunag sisa metabolisme janin dan carbon monosida
 (Manuaba, 1998. Ilmu kebidanan, peyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendididkan bidan).
Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan tebal 2,5 cm sampai 3 cm. berat plasenta 500 gr. Panjang talipusat yang menghubungkan plasenta 60 cm. Tali pusat terpendek yang pernah dilaporkan 2,5 cm dan terpanjang sekitar 200 cm. Plasenta terbentuk sempurna pada minggu ke- 16. Sebelum plasenta terbentuk sempurna dan sanggup untuk memelihara janin, fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum. Implantasi plasenta terjadi pada fundis uteri depan atau belakang.
Plasenta previa ialah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada segmen bawah rahim (SBR), menutupi ataupun tidak menutupi OUI, sedangkan kehamilan itu sudah viable atau mampu hidup diluar rahim ( usia kehamilan >20 minggu dan atau berat janin > 500 gram ) (Achadiat, 2004).
Plasenta previa adalah Plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh Osteum uteri  internum ( Manuaba, 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan bidan).
Plasenta previa adalah plasenta ada didepan jalan lahir ( prae: didepan ; vias : jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum ( Wiknjosastro, 1999 ).
Plasenta previa adalah plasenta yang tertanam pada segmen bawah rahim dan terletak di daerah atau di dekat ostium internum cervix. Di sini plasenta berada di depan bagian terendah janin
 ( Harry Oxorn & William R. Forte, 2010. Ilmu kebidanan patologi & Fisiologi Persalinan ).
        Plasenta previa terjadi jika plasenta tumbuh di tempat yang rendah, didaerah penipisan-pembukaan pada segmen bawah rahim. Karena itu plasenta terletak lebih rendah dari janin ( mendahului letak janin ) dan dapat menghalangi pelahiran pervaginam
 ( Bason Raplh & Martin L, 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi).
        Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os servik.
        Plasenta Letak rendah adalah plasenta tertanam dalam segmen bawah rahim sehingga tepi plasenta sebenarnnya tidak mencapai OUI tetapi terletak sangat berdekatan dengan osteum internum servik. Menurut Wiknjosastro (2008) jarak implantasi plasenta lebih kurang 2 cm dari OUI dan bila jaraknya lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
b.   Klasifikasi Prasenta previa
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu. Misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan ditutupi jaringan plasenta ( plasenta previa totalis), namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. (Manuaba,1998).
Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
1)   Plasenta previa sentralis atau totalis, bila pada pembukaan 4-5 cm teraba palsenta menutupi seluruh ostium
Gambar 2.1
Plasenta Previa Sentralis



Sumber : http://chemutzhe.wordpress.com/placenta-previa/.
2)   Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebaian pembukaan ditutupi oleh plasenta. Plasenta previa lateralis dibagi 2 yaitu :
a)   Plasenta previa lateralis posterior yaitu bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian belakang.
b)   Plasenta previa lateralis anterior yaitu bila sebagian plasenta menutupi ostium bagian depan.



Gambar 2.2
Plasenta Previa Parsialis






c)   Plasenta previa marginalis yaitu bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
Gambar 2.3
Macam-macam Plasenta Previa






Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :
1)   Plasenta previa totalis yaitu seluruh ostium ditutupi plasenta
2)   Plasenta previa partialis yaitu sebagian ostium ditutupi plasenta
3)   Plasenta letak rendah ( low-lying placenta ) yaitu tepi plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.


Gambar 2.4
Macam-macam Plasenta Previa





Sumber ; http//www.google.co.id/inglanding?q=plasenta+previa&hl=id.

Menurut Browne :
1)   Tingkat I : Lateral placenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2)   Tingkat 2: Marginal plasenta previa
Plasenta mencapai pinggir pembukaan ostium
3)   Tingkat 3: Complete plasenta previa
Plasenta menutupi osteum waktu tertutup dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
4)   Tingkat 4: Cenral plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap
Menurut Achadiat (2004) :
1)   Plasenta previa totalis apabila OUI seluruhnya tertutupp oleh plasenta.
2)   Plasenta previa parsialis apabila hanya sebagian OUI tertutup plasenta.
3)   Plasenta previa lateralis apabila hanya tepi plasenta yang menutupi OUI
4)   Plasenta letak rendah apabila plasenta berimplantasi di SBR tetapi tidak ada bagian yang menutupi OUI.

Gambar 2.5
Plasenta Normal dan Plasenta previa




Sumber : http://perdarahan antepartum.blogspot.com/2010_04_01_archive.html
c.    Insidensi Plasenta Previa
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus pedarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak. Di Negara-negara berkembang berkisar antara 1-2,4%. Menurut jenisnya, Eastman melaporkan plasenta previa sentralis 20%, lateralis 30%, dan letak rendah 50%.
d.   Etiologi Plasenta Previa
Penyebab pasti plasenta previa masih banyak yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukan sebagai etiologinya. Strassmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili khorialis persisten pada desidua kapsularis. Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaaan-keadaan yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Menurut Manuaba (2002), Penyebab plasenta previa adalah gangguan pertumbuhan endometrium sehingga perlu perluasan implantasi yang disebabkan karena multiparitas dengan jarak hamil pendek, beberapa kali menjalani SC, bekas dilatasi dan dan kuretase, ibu dengan gizi rendah, usia hamil pertama diatas 35 tahun, pelebaran implantasi plasenta yang terjadi pada kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur.
e.    Faktor predisposisi plasenta previa
Menurut Helen Varney (2007), plasenta previa biasa terjadi pada wanita berikut:
1)   Multiparitas
2)   Usia ibu lebih dari 35 tahun
3)   Riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya
4)   Riwayat pembedahan rahim
5)   Kehamilan kembar ( ukuran plasenta lebih besar)
6)   Perokok (kemungkinan plasenta berukuran lebih besar).
Menurut Mocthar (1998) Ada beberapa kondisi yang memicu terjadinya plasenta previa. Kondisi ini bisa ditemukan pada :
1)   Umur dan Paritas
a)    Pada primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun
b)   Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
c)    Di Indonesia, menurut Toha, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang (inferior).
2)   Hipoplasia endometrium, terjadi bila menikah dan hamil pada usia muda.
3)   Endometrium cacat, bisa terjadi pada kasus kuretase, bekas sectio caesarea , bekas persalinan berulang-ulang, dan manual plasenta.
4)   Korpus Luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
5)   Adanya Tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6)   Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat ( lebih dari 20 batang sehari ).

f.     Patofisologi Plasenta Previa
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdaraahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untu berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer, 2000)


g.    Manifestasi Klinis Plasenta Previa
Gejala-gejala yang penting pada plasenta previa :
Menurut Sarwono (2006), gejala perdarahan awal plasenta previa hanya berupa perdarahan bercak ringan dan umumnya berhenti secara spontan, kadang-kadang terjadi pada waktu bangun tidur dan terjadi pada saat inpartu. Jumlah perdarahan sangat tergantung dari jenis plasenta previa.
Menurut Varney (2007), Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan pervaginam yang terjadi tiba-tiba dan tanpa disertai rasa nyeri, ini terjadi selama trimester ketiga dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh iritabilitas uterus, malpresentasi (sungsang, letak lintang. Kepala mengapung) adalah kondisi yang umum ditemukan karena janin terhalang masuk ke segmen bawah rahim.
Menurut Wiknjosastro (2006), gejala perdarahan awal plasenta previa adalah perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri, darahnya berwarna merah segar. Perdarahan dapat terjadi ketika wanita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan dapat berulang walaupun perdarahan sering dikatakan terjadi pada triwulang ketiga, tetapi tidak jarang pula terjadi pada kehamilan 20 minggu.
h.   Diagnosis Plasenta Previa
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang ( Sarwono, 2006).
1)   Anamnesis plasenta previa
a)    Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut ( trimester III )
b)   Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul tiba-tiba tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terkadi sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak dari sebelumnya. Peyebab perdarahan ialah karena ada plasenta dan pembuluh darah yang robek karena terbentuknya segmen bawak rahim dan terbukanya ostium atau oleh manipulasi intravaginal atau rektal. Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung pada besar dan banyaknya pembuluh darah yang robek dan plasenta yang lepas. Biasanya wanita mengatakan banyaknya perdarahan dalam berapa kain sarung, berapa  gelas, dan adanya darah beku (stolsel).
2)   Inspeksi plasenta previa
a)    Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam : banyak, sedikit, darah beku, dan sebagainya.
b)   Pada perdarahan yang banyak ibu kelihatan anemis.
3)   Pemeriksaan fisik ibu
a)    Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok.
b)   Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
c)    Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
(1)  Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal
(2)  Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
(3)  Daerah ujung menjadi dingin
(4)  Tampak anemis.
4)   Pemeriksaan khusus kebidanan
a)    Pemeriksaan palpasi abdomen.
(1)  Janin sering belum cukup bulan sehingga tinggi fundus uteri sesuai masa kehamilan atau masih rendah.
(2)  Karena plasenta terletak di segmen bawah rahim maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam rahim.
(3)  Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
(4)  Bila cukup pengalaman (para ahli), dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.
b)   Pemeriksaan denyut jantung janin.
Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian janin dalam rahim.
c)    Pemeriksaan inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati bisa melihat dari mana perdarahan berasal. Perdarahan bisa terjadi dari dalam uterus atau dari kelainan servik, vagina, varises pecah dan lain-lain.
d)   Pemeriksaan dalam
Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum, tetapi pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan.
Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam
(1)  Pasang infus dan persiapan donor darah
(2)  Pemeriksaan dilakukan didalam kamar bedah
(3)  Pemeriksaandilakukan secara hati-hati dan  secara lembut (with lady’s hand).
(4)  Jangan langsung masuk kedalam canalis cervikalis, tetapi raba dulu bantalan antara jari dan kepala janin pada fornik (anterior dan posterior) yang disebut uji forniks.
(5)  Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan-pelan.
Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum
(1)  Perdarahan > 500 cc
(2)  Perdarahan berulang-ulang
(3)  Perdarahan sekali banyak dan Hb < 8 gr%.
(4)  His telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar rahim.
Bahaya  pemeriksaan dalam pada plasenta previa.
(1)  Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
(2)  Terjadi infeksi
(3)  Menimbulkan His dan kemudian terjadilan partus prematurus.
Manfaat pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum.
(1)  Menegakkan diagnosa secara pasti
(2)  Menentukan jenis klasifikasi plasenta previa, supaya dapat mengambil sikap dan tidakan yang tepat.
5)   Pemeriksaaan radio-isotop
a)    Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography) oleh stevenson, 1934 yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah untuk mencoba melokalisir plasenta.
b)   Sitografi, mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu dimasukan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul lalu dibuat foto. Bila jarak kepal dan kandung kemih berselisih lebih dari 1 cm, maka terdapat kemungkinan plasenta previa.
c)    Plasentografi indirek yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior dengan memposisikan ibu berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara kepala-simpisis dan kepala promontorium.
d)   Arteriografi, yaitu dengan memasukan zat kontras kedalam arteri femoralis. Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah maka akan banyak menyerap zat kontras.
e)    Amniografi, dengan memasukan zat kontras kedalam rongga amnion lalu dibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong dalam rongga rahim.
f)    Radio-isotop plasentografi yaitu dengan meyuntingkan zat radio aktif, biasanya RISA (radioiodinated serum albumin) secara intravena, lalu diikuti dengan detektor GMC.
6)   Pemeriksaan ultrasonografi
Diagnosis plasenta previa dengan perdarahan sedikit ditegakkan dengan pemeriksaan USG transvaginal atau transperineal ketepatannya akan lebih tinggi. Dengan USG, diagnosis plasenta previa sering kali sudah dapat ditegakkan sejak dini sebelum kehamilan trimester ketiga. Namun dalam perkembangannya, dapat terjadi migrasi plasenta. Sebenarnya bukan plasenta  yang berpindah tetapi dengan semakin berkembangnya segmen bawah rahim, plasenta yang berimplantasi disitu akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.
i.      Terapi Plasenta Previa
Menurut Varney (2007), jika seorang wanita megalami perdarahan yang berhubungan dengan plasenta previa, maka rencana penatalaksanaan dihubungkan dengan usia kehamilan, tingkat keparahan dan status janin, apabila gawat janin tidak dapat diatasi, diindikasikan untuk melangsungkan persalinan. Pemberian cairan intravena pada ibu diindikasikan dan jika perlu berikan cairan tokolitik, apabila ibu mengalami kehilangan darah yang sangat besar pertimbangkan untuk segera melakukan transfusi darah. Apabila perdarahan telah berhenti dan uterus tetap tenang, maka wanita tersebut dapat dikirim pulang untuk tirah baring dirumah.
Menurut Achadiat (2004), Langkah-langkah dalam pemberian terapi untuk plasenta previa ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1)   Usia kehamilan yang berkaitan dengan kematangan paru-paru
2)   Banyaknya perdarahan yang terjadi
3)   Gradasi dari plasenta previa sendiri.
Oleh karena itu terapi untuk plasenta previa dibagi  menjadi 2 bagian besar, yaitu :
1)   Konservatif, yaitu mempertahankan kehamilan sampai waktu tertentu. Tujuannya supaya janin tidak lahir prematur.
a)    Penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi konservatif :
a)    Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b)   Belum ada tanda-tanda inpartu
c)    Keadaan umum ibu cukup baik, kadar Hb dalam batas normal
d)   Janin masih hidup
b)   Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis
c)    Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
d)   Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
(1)  MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr setiap 6 jam.
(2)  Nifedipin 3 x 20 mg/hari
(3)  Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
e)    Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis
f)    Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar OUI, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
g)   Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan ( kecuali apabila rumah pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam ) dengan pesan untuk segera kembali kerumah sakit apabila perdarahan berulang.
2)   Terapi aktif atau terminasi, yaitu kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan mati ( tidak selalu ).
Syarat-syarat terapi aktif atau terminasi:
a)    Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
b)   Untuk diagnosa plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua prsyaratan dipenuhi. Lakukan PDMO jika:
(1)  Infus atau transfusi telah terpasang, kamar dan Tim operasi telah siap
(2)  Kehamilan diatas 37 minggu, berat badan diatas 2500 gr dan inpartu atau
(3)  Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal:anensefali)
(4)  Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
c)    Cara persalinan dengan plasenta previa ialah :
Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah:
(1)  Jenis plasenta previa
(2)  Perdarahan: banyak, atau sedikit tetapi berulang-ulang
(3)  Keadaan umum ibu hamil
(4)  Keadaaan janin: hidup, gawat atau meninggal
(5)  Pembukaan jalan lahir
(6)  Paritas atau jumlah anak hidup
(7)  Fasilitas penolong dan rumah sakit
Setelah memperhatikan faktor-faktor diatas ada 2 jenis persalinan, yaitu :
1.   Persalinan pervaginam.
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a.    Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam. Indikasi amniotomi pada plasenta previa:
1)   Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan.
2)   Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis pembukaan 4 cm atau lebih.
3)   Plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin yang sudah meninggal.
    Keuntungan amniotomi adalah :
a)    Bagian terbawah janin yang befungsi sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan berkurang atau berhenti.
b)   Partus akan berlangsung lebih cepat
c)    Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan rengangan segmen bawah rahim, sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
Setelah ketuban dipecahkan berikan oksitosin drip 2,5 – 5 satuan dalam 500 cc dektrosa 5%.
b.    Memasang cunam Willet Gausz
Caranya :
1)   Kulit kepala janin diklem dengan cunam willet Gausz
2)   Cunam diikat dengan kain kasa atau tali dan diberi beban kira – kira 50-100 gr atau satu batu bata seperti katrol.
3)   Dengan jalan ini diharapkan perdarahan berhenti dan persalinan diawasi dengan teliti. Cara ini kurang efektif karena dapat menimbulkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
c.    Versi Braxton-Hicks
Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari supaya dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau letak kaki, menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol, dan diberi beban seberat 50-100 gr (satu batu bata). Tujuan dilakukan versi ini ialah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki ) janin. Versi Braxton-Hicks tidak dlakukan pada janin yang masih hidup.
2.   Persalinan perabdominal dengan seksio sesarea
Indikasi sectio caesarea pada plasenta previa adalah:
a.    Semua plasenta sentralis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta previa lateralis karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
b.    Plasenta previa dengan panggul sempit.
c.    Perdarahan banyak tanpa henti
d.   Presentase abnormal
e.    Panggul sempit
f.     Keadaan servik belum matang.
Perdarahan pada bekas insersi plasenta kadang-kadang berlebihan dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang ada, jika hal ini dijumpai tindakannya adalah :
1)   Bila anak belum ada, untuk menyelamatkan alat reproduksi dilakukan ligasi arteria hipogastrika.
2)   Bila anak sudah ada dan cukup, yang paling baik adalah histerektomi.
Penanganan plasenta previa lateralis dan marginali
a.    Lakukan amniotomi
b.    Berikan oksitosin tiap setengah jam 2,5 satuan atau perinfus drips.
c.    Bila dengan amniotomi pendarahan belum berhenti untuk menghentikan perdarahan, bila janin masih hidup lakukan sectio caesarea.
d.   Pada plasenta previa lateralis posterior dan plasenta previa lateralis yang bagian besarnya menutupi ostium, sering langsung dilakukan sectio caesarea karena secara anatomi dengan cara diatas perdarahan agak sukar dikontrol.
Penanganan plasenta previa sentralis (totalis)
a.    Untuk menghindari perdarahan yang banyak, maka paada plasenta previa sentralis dengan janin hidup atau meninggal tindakan yang paling baik adalah sectio caesarea.
b.    Walaupun tidak pernah dikerjakan lagi, namun untuk diketahui pada janin mati didaerah perdesaan dapat dilakukan penembusan plasenta . kemudian dilakukan cunam Willet Gausz atau versi Braxton –Hicks untuk melahirkan janin.
j.     Komplikasi plasenta previa
Komplikasi plasenta previa menurut Manuaba (2002), ialah :
Bagi ibu ( Trias Komplikasi)
1)   Infeksi karena Anemia
2)   Robekan implantasi plasenta di bagian belakang SBR (dangerous plasenta previa)
3)   Terjadi rupture uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
Bagi Janin ( Trias Komplikasi)
1)   Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
2)   Mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah
3)   Asfiksia intrapartum sampai kematian.
Komplikasi plasenta previa menurut Prof.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG.1997. Jakarta ialah ;
1)   Prolaps tali pusat
2)   Prolaps plasenta
3)   Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan
4)   Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
5)   Perdarahan post partum
6)   Infeksi karena perdarahan yang banyak
7)   Bayi premature atau lahir mati
              Menurut Achadiat (2004), komplikasi plasenta previa ialah anemia, syok akibat perdarahan banyak, lost coaggulopathy juga karena kehilangan darah.










k.   Penatalaksanaan Plasenta Previa

Skema 2.1
PROTAP plasenta previa
Plasenta previa
Usia kehamilan
aterm
Preterm < 38 minggu
Parsial totalis
Lateralis PLR
konservatif
Amniotomi oksitosin
sc
Perdarahan berhenti
Perdarahan terus terjadi
perdarahan
tunggu s/d 36 mg
> 32 mg
Usia
20-32 mg
stop
terus
sc
histerektomii
pervaginam
sc
PDMO 36 MG
Perdarahan ulang >>
sc
Parsial totalis perdarahan >
Lateralis PLR

 
































Amniotomi oksitosin
 
                        

sc
Perdarahan stop
Perdarahan terus
pervaginam
sc
 









l.      Prognosis Plasenta Previa
1)   Untuk ibu, dengan penatalaksanaan yang tepat, prognosis ibu pada plasenta previa adalah memuaskan. Dengan ultrasonografi dan terapi konservatif, kematian ibu di Amerika Serikat turun dari > 1% manjadi < 0,2 %.
2)   Untuk bayi , angka kematian perinatal dengan plasenta previa di banyak rumah sakit di Amerika serikat sebelum terapi konservatif kira-kira 15% atau lebih dari 10 kali dari kematian pada kehamilan cukup bulan normal. Angka ini sudah menurunkan dan kemungkinan dapat dikurangi hingga < 10% dengan penatalaksanaan terbaru.

No comments: