PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Era globalisasi yang
terjadi saat ini selalu mengantarkan umat manusia kepada kemajuan. Kemajuan
inilah yang menyebabkan timbulnya kecenderungan manusia untuk tergabung dalam
sebuah organisasi. Keinginan untuk mencapai tujuan bersama dengan menggunakan
daya semaksimal mungkin adalah hal yang ditawarkan dalam sebuah organisasi.
Suatu organisasi dapat bertahan dan berjalan dengan baik dan lancar apabila
dilakukan dengan suatu proses manajemen. Konsep dasar manajemen sebetulnya sama
usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia
dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip
manajement. Ilmu manajemen ilmiah dimulai di Eropa barat dan Amerika. Di
negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi industri dengan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. Hal
ini disebabkan masyarakat sudah semakin maju dengan kebutuhan yang semakin
banyak dan beragam jenisnya. (Trihono, 2005).
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health
provider) harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan
manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer,
yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai
tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di perlukan
pemahaman mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen
merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang
manajemen kebidanan. (Sitti Saleha, 2009).
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen
secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat
menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan
sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu
system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan
kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam
rangka pemecahan, masalah dari klien tersebut. (Sitti Saleha, 2009).
Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman
mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi
manajemen, dan bahkan manajemen skill. Manajemen kebidanan adalah suatu metode
proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan
alur pikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani
kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang
kerja seorang bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada
kliennya.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui tentang konsep
organisasi secara umum
2.
Untuk menjelaskan tentang konsep
manajemen secara umum
3.
Untuk menjelaskan tentang konsep
organisasi dan manajemen pelayanan kebidanan
4.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
manajemen pelayanan kebidanan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
ORGANISASI
a.
Definisi
Organisasi
berasal dari kata “organom”. Dalam bahasa Yunani berarti alat.
Beberapa
definisi menurut para ahli:
1. Chester I. Barnad (1938) menyatakan bahwa
organisasi adalah sistem kerja sama antara dua orang atau lebih.
2. James D.
Mooney menyatakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk
mencapai tujuan bersama.
3. Dimock menyatakan bahwa organisasi adalah perpaduan
secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan
untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi, dan pengawasan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Wikipedia.com).
Organisasi adalah suatu
kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Organisasi pada dasarnya
digunakan sebagai tempat atau wadah dimaan orang-orang berkumpul, bekerjasama
secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali,
dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan),
sarana-prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi. (Juliana, 2012).
b.
Unsur-unsur yang ada di dalam organisasi
Menurut
Keith Davis (dalam Juliana, 2012) ada tiga unsur penting partisipasi, sebagai
berikut:
1.
Unsur pertama,
bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan
mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata hanya keterlibatan secara
jasmaniah.
2.
Unsur kedua
adalah kesediaan memberi suatu sumbangan untuk mencapai tujuan kelompok.
3.
Unsur ketiga
adalah unsur tanggungjawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol menjadi
anggota.
c.
Tujuan organisasi (Menurut
Malayu, 2010)
Tujuan adalah suatu hasil akhir, titik akhir atau
segala sesuatu yang akan dicapai. Sebelum organisasi menentukan tujuannya,
terlebih dahulu menetapkan visi dan misi organisasi.
1.
Visi merupakan
pernyataan untuk memandang masa depan organisasi dalam perspektif yang lebih
luas. Visi organisasi merupakan:
a.
Nilai-nilai,
aspirasi dan tujuan yang merupakan pernyataan mendasar.
b.
Suatu mimpi atau
wujud organisasi yang akan datang.
2.
Misi adalah adalah
suatu pernyataan umum tentang maksud organisasi.
Misi
organisasi merupakan kerangka kerja dengan memaksimalkan tujuan serta
memaksimalkan kegiatan serta keputusan. Di dalam misi ini akan mencakup
identitas produk, pasar dan pandangan teknologi dari organisasi dan meliputi
maksud, desain dan arah tujuan yang memberikan indikasi karakter fundamental
dan peran organisasi. Menurut Pierce dan David, statemen misi akan mencakup:
a. Target pelanggan dan
pasar
b. Prinsip produk dan jasa
pelayanan
c. Domain geografis
d. Teknologi inti
e. Berhubungan dengan
survival, pertumbuhan dan keuntungan
f. Filosofi perusahaan
g. Konsep organisasi itu
sendiri
h. Imaginasi publik yang
diharapkan.
Tujuan organisasi dinyatakan sebagai:
1. Suatu pernyataan
tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi bermaksud untuk
merealisasikan
2. Pernyataan tentang
keadaan di waktu yang akan datang dimana organisasi sebagai kolektifitas
mencoba untuk mewujudkan.
Berdasarkan
kepentingannya, secara umum tujuan organisasi dapat diklasifikasikan menjadi 5
tujuan yaitu :
a.
Tujuan
kemasyarakatan, yaitu tujuan organisasi yang berkenaan dengan kelas-kelas
organisasi yang luas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
b.
Tujuan keluaran,
yaitu tujuan organisasi yang berkenaan dengan jenis-jenis keluaran tertentu
dalam bentuk fungsi-fungsi konsumen. Contoh: perusahaan barang-barang konsumen,
perusahaan biro jasa-jasa bisnis.
c.
Tujuan sistem,
yaitu tujuan organisasi yang melaksanakan fungsi organisasi yang tidak
tergantung pada barang/jasa yang diproduksi/tujuan yang harus dicapai.
d.
Tujuan produk,
yaitu tujuan organisasi yang bergerak untuk tujuan produk tertentu, berbagai
karakteristik barang-barang/jasa produksi.
e.
Tujuan turunan,
yaitu tujuan organisasi yang digunakan untuk meletakkan kekuasaanya dalam
pencapaian tujuan lain.
d.
Prinsip organisasi (Menurut
Trihono, 2005)
Sebuah organisasi dalam menjalankan roda
keorganisasiannya harus mempunyai prinsip-prinsip organisasi. Adapun
prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.
Prinsiple of Organisasi ( Azas Tujuan Organisasi ) Menurut azas ini organisasi harus jelas dan
rasional, apakah bertujuan untuk memperoleh
laba ( busenis organization ) ataukah untuk memberi pelayanan publik (
publik organization ) Hal ini bagian penting dalam menentukan struktur
organisasi
2.
Priciple Unity of Obyective ( azas kesatuan tujuan
) Menurut asas ini, didalam suatu
organisasi harus ada kesatuan tujuan
yang ingin dicapai. Organisasi secara keseluruhan dan tiap-tiap bagiannya harus
berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
3.
Principle of Unity of commando ( azas kesatuan
perintah ) azas ini hendaknya setiap bawahan menerima perintah ataupun
memberikan pertanggungjawaban hanya kepada satu orang atasan. Tetapi satu
atasan dapat memerintah lebih dari satu orang.
4.
Priciple of The span of managemen ( azas rentang kendali
) Azas ini seseorang manager hanya dapat memimpin secara efektif sejumlah
bawahan tertentu. Misalnya 3 orang sampai dengan 9 orang. Jumlah bawahan ini
tergantung kecakapan dan kemampuan manager yang bersangkutan.
5.
Priciple of delegation of authority ( azas pendelegasian
wewenang) Pimpinan dibenarkan memberikan / melimpahkan sebagian wewenang
kepemimpinanannya kepada seorang atau sekelomok orang lain agar
pencapaiantujuan leboh efektif. Pendelegasian harus jelas sehingga mengetahui
wewenangnya.
6.
Principle of parity of authority and reponsibility ( azas kewenangan dan tanggung jawab). Azas
ini hendaknya wewenang dan tanggung jawab hendaknya seimbang. Wewenang yang didelegasikan dengan tanggung jawab yang
timbul karenanya harus sama besarnya. Misalkan wewenang yang diberikan X maka
tanggung jawab juga sebesar X.
7.
Principle
of Responsibility : (azas tanggung jawab). Menurut azas ini, pertanggungjawaban dari
bawahan terhadap atasan harus sesuai dengan garis wewenang ( line authority ) dan pelimpahan wewenang.
Seseorang hanya bertanggung jawab kepada orang yang memberikan tanggung jawab.
8.
Principle of departementation ( principle of
devision of work ) = azas pembagian kerja. Menurut azas ini, pengelompok tugas-tugas,
pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan yang sama ke dalam satu unit kerja (
departemen) hendaknya didasarkan atas eratnya hubungan pekerjaan tersebut.
9.
Principle of personnel placement ( azas penempatan
personalia ) Menurut azas ini, hendaknya penempatan orang-orang pada setiap
jabatannya harus didasarkan atas kecakapan, keahlian, dan ketrampilannya ( the
right man, in the right job ), oleh karena itu harus dilakukan seleksi
sesuai dengan kebutuhan.
10.
Principle of scalar chain ( azas jenjang
berangkai ) : Saluran perintah dari atas kebawah harus merupakan mata rantai
vertikal yang jelas dan tidak terputus dan sebaiknya menempuh jarak yang
terpendek., dan sebaliknya pertanggungjawaban bawahan ke atasan juga serupa.
11.
Princip of effiiciency ( asas efisiensi )
Suatu organisasi dalam mencapai tujuannya
harus dapat mencapai hasil yang optimal dengan pengorbanan yang minimal
12.
Principle of continuity (azas kesinambungan) Organisasi harus
mengusahakan cara-cara untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
13.
Priciple of coordination : ( asas koordinasi )
Asas ini merupakan tindakan lanjut dari asas-asas organisasi lainnya.
Koordinasi dimaksudkan untuk mensikronisasikan dan mengintegrasikan segala
tindakan
Jenis-Jenis Organisasi
Berdasarkan
bentuknya organisasi dapat di klasifikasikan kedalam 4 jenis yakni :
1.
Organisasi garis
Merupakan bentuk
organisasi yang tertua, paling sederhana, organisasinya terbilang masih kecil, jumlah
karyawan masih sedikit sehingga saling mengenal satu sama lain dengan baik dan
spesialisasi kerjanya belum tinggi.
2.
Organisasi garis dan staff
Bentuk organisasi ini
dipakai oleh organisasi besar, cakupan kerjanya luas, bidang tugas yang
dikerjakan beraneka ragam dan rumit kemudian karyawan yang dimiliki banyak.
3.
Organisasi fungsional
Bentuk organisasi yang dibentuk
atas dasar fungsi-fungsi yang dijalankan, organisasi ini di terapkan pada
perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan secara jelas.
4.
Organisasi panitia
Organisasi yang
terbentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah
organisasi tersebut.
Kemudian di bawah ini jenis organisasi berdasarkan banyaknya pemimpin :
1.
Organisasi Proyek
Organisasi yang
membentuk tim-tim spesialisasi untuk mencapai tujuan khusus, manajer proyek
mempunyai wewenang untuk memimpin para anggota tim selama jangka waktu proyek,
jika telah selesai maka akan dibubarkan organisasi tersebut.
2.
Organisasi Matrik
Organisasi ini seraya
dengan organisasi proyek namun yang membedakannya dengan proyek adalah
organisasi matriks dimana karyawan memiliki dua atasan yang memiliki wewenang
berbeda.
Namun secara umum organisasi dibedakan
dalam beberapa jenis diantaranya :
1. Organisasi
kemasyarakatan/sosial
2. Organisasi
kemahasiswaan
3. Organisasi politik
4. Organisasi dunia/kenegaraan dan
sebagainya.
B.
MANAJEMEN
a.
Definisi manajemen
Kata Manajemen berasal
dari bahasa Prancis kuno “management”,
yang artinya seni melaksanakan dan mengatur.
Berikut merupakan beberapa definisi manajemen
menurut para ahli:
1. Manajemen adalah sebuah
proses karena manajemen memerlukan waktu untuk melaksanakannya dan
elemen-elemen dalam proses manajemen dilaksanakan berulang-ulang membentuk
sebuah siklus yang terarah dan teratur. Elemen-elemen tersebut dijalankan
dengan aktivitas yang saling berkaitan. ( Erna Juliana, 2012).
2. Manajemen adalah pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan
orang lain (Robert D. Terry).
3. Manajemen adalah proses dimana pelaksanaan dari suatu
tujuan diselenggarakan dan diawasi (Encyclopaedia of sosial
sciences).
4. Manajemen membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-kegiatan orang lain
dan fungsi-fungsinya dapat dipecahkan sekurang-kurangnya 2 tanggung jawab
utama (perencanaan dan pengawasan).
5. Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang /lebih
untukmengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil
(tujuan) yang tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja. (Evancevich).
b.
Istilah manajemen
menurut pengertiannya
a. Manajemen sebagai suatu
proses, dikemukakan tiga buah definisi:
· Dalam Encylopedia of
the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana
pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi
· Hilman mengatakan bahwa
manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan
mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Manajemen
adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan
kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu
badan tertentu disebut manajemen.
b. Manajemen sebagai
ilmu dan seni
Manajemen merupakan
suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab antara keduanya tidak bisa
dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari
sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan
didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu
diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk
prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam bentuk suatu teori.
Sedangkan Manajemen sebagai
suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan
kerja sama dengan orang lain. Pada hakekatnya kegiatan manusia pada umumnya
adalah managing (mengatur). Untuk mengatur disini diperlukan suatu seni,
bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
Manajemen adalah ilmu
dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan. Manajemen sebagai
suatu ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan atau kesatuan
pengetahuan yang terorganisasi. Batasan di atas sebenarnya terlalu luas dan
baru akan menjadi jelas apabila dapat di tegaskan lebih lanjut arti yang detail
mengenai pengetahuan dan arti tentang sistematik dan organisai yang digunakan
dalam definisi itu. Manajemen sebagai ilmu dapat di lihat sebagai suatu
pendekatan (approach) terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang
terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat di amati
oleh indra manusia.
Manajemen merupakan
suatu ilmu karena memiliki karakteritik pokok seperti halnya karakteristik
pokok ilmu yang telah dideskripsikan di atas. Demikian juga manajemen
merupakan suatu ilmu karena dalam manajemen di aplikasikan dalam
manajemen tersebut adalah:
1. Observasi
2. Rumusan
permasalahan
3. Akumulasi dan klasifikasi fakta tambahan yang baru
4. Generalisasi
5. Rumusan hipotesis
6. Testing dan verifikasi
Manajemen sebagai suatu seni bukan diartikan seni
dalam formal yang biasa dihubungkan dengan seni musik, sastra, tari, drama,
patung, lukis, dan sebagainya. Yang dimaksud seni disini adalah seni dalam
pengertian yang lebih luas dan umum, yaitu merupakan
keahlian, kemahiran, kemampuan, serta keterampilan dalam menerapkan prinsip,
metode, dan teknik dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam
(human and natural resurces) secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
c. Manajemen sebagai
suatu profesi
Manajemen diartikan
profesi karena manajemen membutuhkan keahlian tertentu dalam mencapai tujuan.
Manajemen menurut Parker (Stoner dan Freeman, 2000 dalam Juliana 2010) ialah
seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (the art of getting things
done through poeple).
Dalam jaman modern ini
semua jenis kegiatan selalu harus di manajemen, dalam arti aturan yang jelas,
dan sekarang boleh dikata bahwa bidang manajemen sudah merupakan suatu profesi
bagi ahlinya. Mengapa demikian karena dalam kegiatan apapun pekerjaan harus
dikerjakan secara efisien dan efektif, sehingga diperoleh masukan atau input
yang besar.
c. Teori-teori manajemen
( Menurut Ritha, 2003)
a.
Aliran Managemen
Ilmiah
Teori Manajemen Ilmiah
muncul sebagian dari kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas. Di awal abad
keduapuluh, terutama Amerika Serikat, tenaga kerja terampil amat terasa kurang,
satu satunya cara untuk meningkatkan produktivitas adalah menaikkan efisiensi
pekerja.
I.
Frederick W.
Taylor (1856 -1915)
Menurut Ritha (2003)
dalam pembahasannnya mengenai sejarah
perkembangan ilmu manajemen. Frederick W. Taylor dikenal dengan manajemen
ilmiahnya dalam upaya meningkatkan produktivitas. Gerakannya yang terkenal
adalah gerakan efisiensi kerja. Taylor membuat prinsip-prinsip yang menjadi
intinya manajemen ilmiah yang terkenal dengan rencana pengupahan yang
menghasilkan turunnya biaya dan meningkatkan produktivitas, mutu, pendapatan
pekerjaan dan semangat kerja karyawan. Adapun filsafat Taylor memiliki 4
prinsip yang ditetapkan yaitu :
1.
Pengembangan manajemen
ilmiah secara benar.
2.
Pekerjaan
diseleksi secara ilmiah dengan menempatkan pekerjaan yang cocok untuk satu
pekerjaan.
3.
Adanya pendidikan
dan pengambangan ilmiah dari para pekerja.
4.
Kerjasama yang
baik antara manajemen dengan pekerja.
Dalam menerapkan
ke-empat prinsip ini, beliau menganjurkan perlunya revolusi mental di kalangan
manajer dan pekerja. Adapun prinsip-prinsip dasar menurut Taylor mendekati
ilmiah adalah :
1.
Adanya ilmu
pengetahuan yang menggantikan cara kerja yang asal-asalan.
2.
Adanya hubungan
waktu dan gerak kelompok.
3.
Adanya kerja sama
sesama pekerja, dan bukan bekerja secara individual.
4.
Bekerja untuk
hasil yang maksimal.
5.
Mengembangkan
seluruh karyawan hingga taraf yang setinggi-tingginya,
II.
Henry L Gant
(1861 -1919)
Henry
L Gant menekankan pentingnya mengembangkan minat hubungan timbal balik antara
manajemen dan para karyawan, yaitu kerja sama yang harmonis. Henry beranggapan
bahwa unsur manusia sangat penting sehingga menggaris bawahi pentingnya
mengajarkan, mengembangkan pengertian tentang sistem pada pihak karyawan dan
manajemen, serta perlunya penghargaan dalam segala masalah manajemen.
III.
Frank B. Gilbreth
1868-1924 dan Lilian Gilbreth 1878-1972
Suami
istri ini selain mempelajari masalah gerak dan kelelahan, juga tertarik dengan
usaha membantu pekerja menampilkan potensinya secara penuh sebagai makhluk
manusia. Setiap langkah yang dapat menghasilkan gerak dapat mengurangi
kelelahan. Mereka juga terkenaI dengan tiga peran dari setiap pekerja yaitu
sebagai pelaku, pelajar dan pelatihan yang senantiasa mencari kesempatan baru,
atau terkenal dengan konsep "three position plan of promotion".
Banyak manfaat dan jasa yang diberikan oleh manajemen ilmiah, namun satu hal
penting dilupakan oleh manajemen ini, yaitu kebutuhan sosial manusia dalam
berkelompok, karena terlalu mengutamakan keuntungan dan kebutuhan ekonomis dan
fisik perusahaan dan pekerjaan. Aliran ini melupakan kepuasan pekerjaan pekerja
sebagai manusia biasa. Perhatian Lilian Gilbreth tertuju pada aspek manusia
dari kerja dan perhatian suaminya pada efisiensi yaitu usaha untuk menemukan
cara satu-satunya yang terbaik dalam melaksanakan tugas tertentu. Dalam
menerapkan prinsip-prinsip manajemen ilmiah, harus memandang para pekerja dan
mengerti kepribadian serta kebutuhan mereka. Ketidakpuasan di antara pekerja
karena kurang adanya perhatian dari pihak manajemen terhadap pekerja.
b. Aliran Teori
Organisasi Klasik
Aliran ini
mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen. Perhatian dan
kemampuan manajemen diarahkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
a.
Henry Fayol (1841 -1925)
Henry Fayol berpendapat
bahwa praktek manajemen yang mantap mempunyai pola tertentu yang dapat
diidentifikasi dan dianalisa, yaitu :
1.
Pembagian kerja (Division
of labor), yaitu sernakin mengkhusus manusia dalam pekerjaannya, semakin
efisien kerjanya, seperti terdapat pada ban berjalan.
2.
Otoritas dan
tanggung jawab (Authority and Responsibility) diperoleh melalui perintah
dan untuk dapat memberi perintah haruslah dengan wewenang formil. Walaupun
demikian wewenang pribadi dapat mernaksa kepatuhan orang lain.
3.
Disiplin (discipline),
dalam arti kepatuhan anggota organisasi terhadap aturan dan kesempatan.
Kepemimpinan yang baik berperan penting bagi kepatuhan ini dan juga kesepakatan
yang ada ini, seperti penghargaan terhadap prestasi serta penerapan sangsi
hukum secara adil terhadap yang menyimpang.
4.
Kesatuan komando
(Unity of commad), yang berarti setiap karyawan hanya menerima perintah
kerja dari satu orang dan apabila perintah itu datangnya dari dua orang atasan
atau lebih akan timbul pertentangan perintah dan kerancuan wewenang yang harus
dipatuhi.
5.
Kesatuan
pengarahan (unity of Direction), dalam arti sekelompok kegiatan yang
mempunyai tujuan yang sarna yang harus dipimpin oleh seorang manajer dengan
satu rencana kerja.
6.
Menomorduakan
kepentingan perorangan terhadap terhadap kepentingan umum (Subordination of
Individual interest to general interest), yaitu kepentingan perorangan
dikalahkan terhadap kepentingan organisasi sebagai satu keseluruhan.
7.
Renumerasi
Personil (Renumeration of personnel), dalam arti imbalan yang adil bagi
karyawan dan pengusaha.
8.
Sentralisasi (Centralisation),
dalam arti bahwa tanggung jawab akhir terletak pada atasan dengan tetap memberi
wewenang memutuskan kepada bawahan sesuai kebutuhan, sehingga kemungkinan
adanya desentralisasi.
9.
Rantai Skalar (Scalar
Chain), dalam arti adanya garis kewenangan yang tersusun dari tingkat atas
sampai ke tingkat terendah seperti tergambar pada bagan organisasi.
10.
Tata-tertib (Order),
dalam arti terbitnya penempatan barang dan orang pada tempat dan waktu yang
tepat.
11.
Keadilan (Equity),
yaitu adanya sikap persaudaraan keadilan para manajer terhadap bawahannya.
12.
Stabilitas masa
jabatan (Stability of Penure of Personal) dalam arti tidak banyak
pergantian karyawan yang ke luar masuk organisasi.
13.
Inisiatif (Initiative),
dengan memberi kebebasan kepada bawahan untuk berprakarsa dalam menyelesaikan pekerjaannya
walaupun akan terjadi kesalahan-kesalahan.
14.
Semangat Korps (Esprit
de Corps), dalam arti meningkatkan semangat berkelompok dan bersatu dengan
lebih banyak menggunakan komunikasi langsung daripada komunikasi formal dan
tertulis.
b.
Max Weber
(1864-1920)
Max Weber mengemukakan
tentang manajemen birokrasi yang menekankan pada kebutuhan akan hirarki yang
ditetapkan dengan ketat untuk mengatur peraturan dan wewenang dengan jelas.
c.
Mary Parker Folett (1868-1933)
Mary percaya bahwa
adanya hubungan yang harmonis antara karyawan dan manajemen brdasar persamaan
tujuan, namun tidak sepenuhnya benar untuk memisahkan atasan sebagai pemberi
perintah dengan bawahan sebagai penerima perintah. Beliau menganjurkan
kedudukan kepemimpinan dalam organisasi, bukan hanya karena kekuasaan yang
bersumber dari kewenangan formil, tapi haruslah berasal dari pada pengetahuan
dan keahliannya sebagai manajer.
d. Chester L. Barnard (1886
-1961)
Perusahaan dapat beroperasi efisien dan tetap bertahan hanya kalau
sasaran organisasi dibuat seimbang dengan tujuan dan keperluan individu yang
bekerja untuk perusahaan tersebut
b.
Aliran Hubungan
Manusiawi
Aliran ini sering
disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya
pada aspek manusia da perlunya manajemen memahami manusia. Aliran ini
menggunakan disiplin ilmu psikologi dan sosiologi dalam menerapkan
teori-teorinya. Tokoh penting dalam aliran prilaku adalah Elton Mayo dan Hugo
Munsterberg. Melalui eksperimen aliran ini mengganti konsep “manusia rasional”
(manusia yang hanya dapat dimotivasi dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi) dengan
konsep “manusia social” (dapat dimotivasi dengan pemenuhan kebutuhan sosial
berupa hubungan kerja).
1.
Elton Mayo (1880 -1949)
Mayo melakukan
percobaan dengan teman-temannya di sebuah pabrik.Percobaan pertamanya meneliti
pengaruh kondisi penerangan terhadap produktivitas. Dan bisa disimpulkan bila
kondisi penerangan naik, maka produktivitas juga akan naik, bagitupun
sebaliknya. Penelitian lainnya yaitu kelompok kerja informal-lingkungan sosial
karyawan signifikan terhadap produktivitas. Konsep makhluk sosial di motivasi
kebutuhan sosial, hubungan timbal-balik lebih responsif terhadap dorongan
kerja. Pengawasan manajemen telah menggantikan konsep “makhluk rasional” yang
di motivasi oleh kebutuhan-kebutuhan fisik manusia.
2.
Hugo Munsterberg (1863-1916)
Hugo Munsterberg Bapak Psikologi Industri.
Sumbangannya yang terpenting adalah berupa pernanfaatan psikologi dalam
mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas sarna seperti dengan teori-teori
manajemen lainnya. Bukunya "Psychology and Indutrial Efficiency",
ia memberikan 3 cara untuk meningkatkan produktivitas:
·
Menempatkan
seorang pekerja terbaik yang paling sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan
dikerjakannya.
·
Menciptakan tata
kerja yang terbaik yang memenuhi syarat syarat
psikologis untuk memaksimalkan produktivitas.
psikologis untuk memaksimalkan produktivitas.
·
Menggunakan
pengaruh psikologis agar memperoleh dampak yang paling tepat dalam mendorong
karyawan
c. Aliran Analisis Sistem
Aliran
ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain
untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, memotivasi pegawai akan
dilihat hubungannya dengan kesejahteraan, penggajian, jam kerja, jaminan hari
tua, dan faktor lainnya.
d. Aliran Manajemen Berdasarkan Hasil
Aliran manajemen berdasarkan hasil (management by objective)
diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal tahun 1950-an. Aliran
ini memfokuskan pemikiran pada hasil-hasil yang dicapai, bukan pada interaksi
kegiatan karyawan.
e. Aliran Manajemen Mutu
Aliran
manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk kepuasan pelanggan
(konsumen). Oleh karena itu, fokus utama aliran manajemen mutu mengatakan
apakah barang atau jasa yang dihasilkan bermutu atau tidak.
d. Fungsi manajemen (management functions)
(Menurut Ritha, 2010)
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang
akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan
oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
1. Menurut Henry Fayol
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan
lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan.
a) Perencanaan
(planning) berupa penentuan
langkah-langkah yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuannya.
b) Pengorganisasian
(organizing), dalam arti mobilisasi
bahan materiil dan sumber daya manusia guna melaksanakan rencana.
c) Memerintah
(Commanding) dengan memberi arahan
kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas pekerjaan mereka
d) Pengkoordinasian
(Coordinating) dengan memastikan
sumber-sumber daya dan kegiatan organisasi berlangsung secara harmonis dalam
mencapai tujuannya.
e) Pengendalian
(Controlling) dengan memantau rencana
untuk membuktikan apakah rencana itu sudah dilaskanakan sebagaimana mestinya.
Namun saat ini, lima fungsi tersebut telah diringkas sedetail mungkin
oleh Hendry Fayol yaitu :
a)
Planning
atau perencanaan
Merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan
penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran
dan standar yang dibutuhkan utk mencapai tujuan.
b)
Organizing atau pengorganisasian
· Penentuan
sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yg dibutuhkan utk mencapai tujuan
organisasi.
· Perancangan
dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yg akan dapat membawa
hal-hal tersebut ke arah tujuan.
· Penugasan
tanggung jawab tertentu
· Pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugasnya
c)
Staffing
Staffing atau
penyusunan personalia adalah penarikan
(recruitment) latihan dan
pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam
lingkungan kerja yg menguntungkan dan produktif.
d)
Leading atau fungsi pengarahan
Adalah bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa
yg diinginkan dan harus mereka lakukan.
e)
Controlling atau pengawasan
Adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa
rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yg telah ditetapkan.
2. Fungsi Manajemen Menurut George Terry
Terry mendefinisikan
manajemen dalam bukunya Principles of Management yaitu “Suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Berikut ini adalah
fungsi manajemen menurut Terry:
a)
Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan
penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan.
Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan
matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan
kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan.
b)
Pengorganisasian
(organization) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan orang-orang
dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang
sudah direncanakan.
c) Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan
sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber
daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa
berjalan sesuai rencana dan bisa memcapai tujuan.
d) Pengawasan (controlling)
yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah sesuai dengan
rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi
agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari
rencana.
3.
Fungsi Manajemen Menurut Luther Gullick
Fungsi Manajemen menurut luther Gullick ~
Pos Dicorecbug, terdiri dari :
a)
Planning (Perencanaan)
Perencanaan yang kata
dasarnya “rencana” pada dasarnya merupakan tindakan memilih dan menetapkan
segala aktifitas dan sumber daya yang akan dilaksanakan dan digunakan di masa
yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan mengacu pada
pemikiran dan penentuan apa yang akan dilakukan di masa depan, bagaimana
melakukannya, dan apa yang harus disediakan untuk melaksanakan aktivitas tersebut
untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Fungsi dari perencanaan tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Menjelaskan
berbagai masalah.
2.
Menentukan
prioritas masalah
3.
Menentukan tujuan
dan indicator keberhasilan
4.
Mengkaji hambatan
dan kendala
5.
Menyusun rencana
kerja operasioanal
Sedangkan manfaat perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Mengurangi
ketidakpastian serta perubahan pada waktu mendatang.
2)
Dimungkinkan
melakukan pilihan dari berbagai alternatif tindakan.
3)
Mengarahkan
perhatian pada tujuan.
4)
Merupakan sarana
untuk mengadakan pengawasan.
5)
Memudahkan
melakukan koordinasi diantara berbagai organisasi
6)
Meminimumkan
pekerjaan yang tidak pasti, sehingga menghemat waktu, usaha dan dana.
Tahap-tahap perencanaan:
1)
Perumusan tujuan,
pada tahap ini penyusunan perencanaan
harus merumuskan tujuan yang hendak di capai di masa yang akan datang.
2)
Perumusan
kebijaksanaan, yakni merumuskan bagaiaman usaha untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan dalam bentuk tindakan-tindakan yang terkoordinir terarah dan
terkontrol.
3)
Perumusan
prosedur, yakni menentukan batas-batas dari masing-masing komponen (sumber daya).
4)
Perencanaan skala
kemajuan, merumuskan standar hasil yang yang akan diperoleh melalui pelaksanaan
aktivitas pada waktu tertentu.
5)
Perencanaan
bersifat menyeluruh, maksudnya setelah tahap 1 s/d 4 dirumuskan
dengan baik.
Persyaratan yang dimaksud terdiri dari :
1)
Harus didasarkan
pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan dikembangkan
dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.
2)
Bersifat
sederhana, realistis, dan praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak
bersifat muluk-muluk.
3)
Terperinci,
maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian tindakan yang
akan dilaksanakan.
4)
Memiliki
fleksibilitas artinya perencanaan yang dibuat tidak bersifat kaku.
5)
Terdapat
perimbangan antara unsur atau komponen yang terlibat dalam pencapaian tujuan.
6)
Diupayakan adanya
penghematan sumber daya serta kemungkinan diadakannya sumberdaya tersebut di
masa-masa aktivitas sedang berlangsung.
Kegiatan seorang manejer
adalah menyusun rencana. Menyusun rencana, berarti memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan
yang terakhir merumuskan perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam
pertanyaan berikut :
·
Tindakan apa yang
harus dikerjakan ?
·
Mengapa tindakan
itu harus dikerjakan ?
·
Di manakah
tindakan itu harus dikerjakan ?
·
Kapankah tindakan
itu harus dikerjakan ?
·
Siapakah yang
akan mengerjakan tindakan itu ?
·
Bagaimana cara
melaksanakan tindakan itu ?
b. Organizing (Pengorganisasian )
Pengoganisasian
diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam
kerja sama di sekolah. Kegiatan pengorganisasian menentukan siapa yang
akan melaksanakan tugas sesuai pronsip pengorganisasian. Sehingga
pengorganisasian dapat disebut sebagai keseluruhan proses memilih orang-orang
serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk memunjang tugas orang-orang
itu dalam organisasi dan mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin
pencapaian tujuan.
Efesiensi dalam
pengorganisasian adalah pengakuan terahadap sekolah-sekolah pada penggunaan
waktu dan uang dan sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuan, yaitu alat
yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana dan sumber daya sekolah.
c. Staffing (Penyusunan pegawai)
Seperti fungsi-fungsi
manajemen lainnya, staffing juga merupakan fungsi yang tidak kalah
pentingnya. Tetapi agak berbeda dengan fungsi lainnya, penekanan dari fungsi
ini lebih difokuskan pada sumber daya yang akan melakukan kegiatan-kegiatan
yang telah direncakan dan diorganisasikan secara jelas pada fungsi perencanaan
dan pengorganisasian. Aktifitas yang dilakukan dalam fungsi ini, antara lain
menentukan, memilih, mengangkat, membina, membimbing sumber daya manusia dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan sumber daya manusia.
Penyediaan staf
merupakan pengarahan dan latihan sekelompok orang yang mengerjakan sesuatu
tugas, dan memelihara kondisi kerja yang menyenangkan. Dalam upaya
mengembangkan staf metode yang dapat dipergunakan, antara lain: latihan
jabatan, penugasan khusus, simulasi, permainan peranan, satuan tugas
penelitian, pengembangan diri dan seterusnya. Sementara itu ada tiga tipe
program pengembangan staf yang terdiri dari: presupervisory programs, middle
management programs dan executive development programs.
d. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah
penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terdapat para petugas
yang terlibat, baik secara structural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas
dapat berjalan dengan lancar, dengan pengarahan staff yang telah
diangkat dan dipercayakan melaksanakan tugas di bidangnya masing-masing tidak
menyimpang dari garis program yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaannya
pengarahan ini seringkali dilakukan bersamaan dengan controlling sambil
mengawasi, manajer sering kali memberi petunjuk atau bimbingan bagaimana
seharusnya pekerjaan dikerjakan. Jika pengarahan
yang disampaikan manajer sesuai dengan kemauan dan kemampuan dari staf, maka
staf pun akan termotivasi untuk memberdayakan potensinya dalam melaksanakan
kegiatannya
Fungsi pengarahan
melibatkan pembimbingan dan supervisi terhadap usaha-usaha bawahan dalam rangka
pencapaian sasaran-sasaran organisasi. Dalam kaitannya dengan fungsi ini,
ilmu-ilmu perilaku telah memberikan sumbangan besar dalam bidang-bidang
motivasi dan komunikasi.
e. Coordinating
(Koordinasi)
Koordinating atau
pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa fungsi manajemen untuk melakukan
berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan
kegiatan dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan
menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di
antara para anggota itu sendiri.
Dengan adanya
pengoordinasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak
sehat dan kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang yang terlibat
dalam mencapai tujuan organisasi. Koordinasi ini
mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk bekerjasama menuju ke
satu arah yang telah ditentukan. Koordinasi
diperlukan untuk mengatasi kemunginan terjadinya duplikasi dalam tugas,
perebutan hak dan wewenang atau saling merasa lebih penting di antara bagian
dengan bagian yang ada dalam organisasi.
f. Reporting (Pelaporan)
Dengan pelaporan
dimaksudkan sebagai fungsi yang berkaitan dengan pemberian informasi kepada
manajer, sehingga yang bersangkutan dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan
kerja. Jalur pelaporan dapat bersifat vertikal, tetapi dapat juga bersifat
horizontal. Pentingnya pelaporan terlihat dalam kaitannya dengan konsep sistem
informasi manajemen, yang merupakan hal penting dalam pembuatan keputusan oleh
manajer.
g. Budgeting ( Pembuatan
Anggaran)
LUTHER GULLICK
mengemukakan bahwa penganggaran termasuk salah satu fungsi manajemen.
Penganggaran adalah fungsi yang berkenaan dengan pengendalian organisasi
melalui perencanaan fiskal dan akuntansi.
Dalam penyusunan anggaran dipertimbangkan
faktor-faktor sebagai berikut :
1)
Pengetahuan
tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan.
2)
Data masa lalu.
3)
Kemungkinan
perkembangan kondisi ekonomi.
4)
Pengetahuan
tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing.
5)
Kemungkinan
adanya perubahan kebijakan pemerintah.Penelitian untuk pengembangan perusahan.
h. Controlling (Pengawasan)
Proses pengawasan
mencatat perkembangan ke arah tujuan dan memungkinkan manajer mendeteksi
penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan
korektif sebelum terlambat. Melalui pengawasan yang efektif,
roda organisasi, implementasi rencana, kebijakan,
dan upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
4.
Harold Koontz dan Cyril O’Donnell
Lima macam fungsi
manajemen menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnell, terdiri dari :
1. Planning (Perencanaan).
Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
kecenderungan dimasa yang akan datang dan penentuan starategi dan taktik yang
tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
2. Organizing (Pengorganisasian).
Proses yang menyangkut bagaimana starategi dan taktik yang telah
dirumuskan dalam perencanaan diatur dalam sebuah struktur organisasi yang tepat
dan dapat bekerja secara efektif.
3. Staffing
(Penyusunan).
Merupakan suatu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada
suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai
dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
4. Directing
(Pengarahan).
Proses pelaksanaan program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak
dalam organisasi serta proses memotivasinya.
5. Controlling (Pengendalian dan pengawasan).
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan bisa berjalan sesuai target yang
diharapkan.
5.
Herie Gunawan.
Kesimpulan fungsi-fungsi manajemen menurut Harie
Gunawan adalah :
1. Perencanaan (Planning).
·
Merupakan kegiatan menentukan arah dan tujuan
organisasi dan memilih serangkaian aksi dari beberapa alternatif yang ada untuk
mencapai tujuan tersebut.
·
Menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana,
kapan dan siapa yang melakukan.
2. Pengorganisasian
(Organizing).
· Menentukan
bagaimana aktivitas dan sumber daya dikelompokkan.
· Menentukan
komposisi tim kerja dan aktivitas koordinasi termasuk didalamnya pembagian
pekerjaan.
3. Penggerakan (Actuating).
Proses penggerakan sebagai implementasi dari perencanaan, termasuk
didalamnya adalah menggerakkan anggota untuk aktif berpartisipasi, memotivasi
anggota organisasi dan menjalin komunikasi yang efektif dalam organisasi.
4. Pengawasan
(Controlling).
· Memonitor
kemajuan organisasi dalam mencapai tujuan.
· Proses
membandingkan hasil dan harapan, dan melakukan perubahan-perubahan yang tepat.
5. Penyusunan
Pegawai (Staffing).
Meliputi proses-proses rekruitasi, seleksi, pemberian tugas, pelatihan,
pengembangan, evaluasi dan pemberian kompensasi kepada staff/sumber daya
manusia.
6. Kepemimpinan (Leading).
· Serangkaian
proses yang digunakan untuk membuat semua personel organisasi bekerja sama
untuk meningkatkan keuntungan.
· Memotivasi
dan berkomunikasi dengan SDM (Sumber Daya Manusia) organisasi untuk memastikan
bahwa tujuan organisasi tercapai.
e.
Manajemen Pelayanan Kesehatan
Dari batasan-batasan definisi
manajemen secara umum dapat diambil suatu kesimpulan umum bahwa “Manajemen
adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai suatu tujuan atau
menyelesaikan pekerjaan.” Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat
dikatakan sebagai berikut :
“ Manajemen kesehatan
adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan
nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan.” Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang
menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan
masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)
Sehat adalah
suatu keadaan yang optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak hanya
terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Tujuan sehat
yang ingin dicapai oleh sistem kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Sesuai dengan tujuan sistem kesehatan
tersebut, administrasi (manajemen) kesehatan tidak dapat disamakan
dengan administrasi niaga (business adminstration) yang lebih
banyak berorientasi pada upaya untuk mencari keuntungan finansial (profit
oriented). Administrasi kesehatan lebih tepat digolongkan ke dalam
administrasi umum/publik (public administration) oleh karena organisasi
kesehatan lebih mementingkan pencapaian kesejahteraan masyarakat umum.
Manajemen
kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi kesehatan di Indonesia
seperti Kantor Depkes, Dinas Kesehatan di daerah, Rumah Sakit dan Puskesmas dan
jajarannya. Untuk memahami penerapan manajemen kesehatan di RS, Dinas Kesehatan
dan Puskesmas perlu dilakukan kajian proses penyusunan rencana tahunan
Depkes dan Dinas Kesehatan di daerah. Khusus untuk tingkat Puskesmas, penerapan
manajemen dapat dipelajari melalui perencanaan yang disusun setiap lima tahun (micro
planning), pembagian dan uraian tugas staf Puskesmas sesuai
dengan masing-masing tugas pokoknya.
Dari uraian teori-teori
manajemen diatas, yang diapakai sebagai acuan manajemen pelayanan kesehatan
adalah Teori dari George Terry dimana Terry mendefinisikan manajemen dalam
bukunya Principles of Management yaitu “Suatu proses yang membedakan atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu
maupun seni demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”, karena
dalam pelayanan kesehatan tidak hanya ilmu yang dibutuhkan tapi juga seni dalam
pelayanan kesehatan.
BAB
III
TELAAH
JURNAL
1. JURNAL I
International Journal for
Quality in Health Care; Volume 19, Number 6: pp. 341–348 10.1093/intqhc/mzm047
Advance Access Publication: 18 October 2007.
Promoting quality: the
health-care organization from a management perspective
SETH W. GLICKMAN1,2, KELVIN
A. BAGGETT1,3, CHRISTOPHER G. KRUBERT2, ERIC D. PETERSON1 AND KEVIN A.
SCHULMAN1
1Duke University,
Durham, North Carolina, USA, and 2ApolloMD Emergency Services, Atlanta,
Georgia, USA
Abstract
Background.
Although agreement about the need for quality improvement in health care is
almost universal, the means of achieving effective improvement in overall care
is not well understood. Avedis Donabedian developed the
structure–process–outcome framework in which to think about quality-improvement
efforts.
Issue.
There is now a robust evidence-base in the quality-improvement literature on
process and outcomes, but structure has received considerably less attention.
The health-care field would benefit from expanding the current interpretation of
structure to include broader perspectives on organizational attributes as
primary determinants of process change and quality improvement.
Solutions. We
highlight and discuss the following key elements of organizational attributes
from a management perspective: (i) executive management, including senior
leadership and board responsibilities (ii) culture, (iii) organizational
design, (iv) incentive structures and (v) information management and
technology. We discuss the relevant contributions from the business and medical
literature for each element, and provide this framework as a roadmap for future
research in an effort to develop the optimal definition of ‘structure’ for
transforming quality-improvement initiatives.
PEMBAHASAN
Jurnal ini dilatarbelakangi dengan pemikiran bahwa meskipun
kesepakatan tentang perlunya peningkatan kualitas dalam perawatan kesehatan
hampir universal, sarana mencapai perbaikan yang efektif dalam perawatan secara
menyeluruh belum dipahami dengan baik. Berdasarkan pemikiran tersebut, Avedis
Donabedian mengembangkan kerangka struktur -proses - hasil sebagai kerangka
untuk berpikir tentang upaya perbaikan kualitas. Sekarang ini ada kuat
bukti-dasar dalam literatur untuk perbaikan berkualitas pada proses dan hasil,
tetapi dalam hal struktur memiliki perhatian yang lebih sedikit. Bidang
kesehatan akan mendapat manfaat dari perluasan penafsiran saat ini struktur
termasuk perspektif yang lebih luas pada atribut organisasi sebagai penentu
utama proses perubahan dan peningkatan kualitas.
Donabedian sangat percaya pada pentingnya struktur kesehatan,
melihatnya sebagai kekuatan pendorong untuk proses perawatan kemudian dan
akhirnya untuk hasil kesehatan. Donabedian memfokuskan pada struktur fisik,
sarana dan kualifikasi penyedia, dan paling modern akreditasi dan kualitas
organisasi, seperti Komisi Bersama Akreditasi Organisasi Kesehatan perawatan
secara historis melihat sebagian besar struktur seperti 'mur dan baut'.
Sebagai studi tentang karakteristik organisasi dan perilaku telah
berkembang, pemahaman kita tentang karakteristik organisasi dan kemampuan
manajemen yang mendorong peningkatan kualitas dalam pelayanan kesehatan tetap
terbelakang. Bidang perilaku organisasi, bidang multidisiplin termasuk
kontribusi dari psikologi, sosiologi dan ekonomi mempelajari individu dan
dinamika kelompok dalam sebuah organisasi, telah menunjukkan bahwa orang-orang
(manajemen dan karyawan) dan pengaturan organisasi merupakan penentu kunci dari
kualitas kinerja.
Kemampuan efektif organisasi, seperti kepemimpinan, modal manusia,
sistem informasi manajemen dan dinamika kelompok (seperti budaya dan sistem
insentif), merupakan elemen struktural penting dari peningkatan kualitas dalam
organisasi perawatan kesehatan dan berfungsi sebagai katalis utama untuk perubahan
proses.
Dari perspektif manajemen, atribut-atribut organisasi dapat
memberikan definisi yang lebih operasional struktur organisasi dari unsur-unsur
dari klasifikasi asli Donabedian ini. Bidang kesehatan akan mendapat manfaat
dari perluasan interpretasi saat ini struktur untuk memasukkan perspektif yang
lebih luas pada atribut organisasi sebagai penentu utama proses perubahan dan
peningkatan kualitas.
Solusi yang diperoleh dengan menyoroti dan membahas elemen kunci
atribut organisasi dari perspektif manajemen: (i) manajemen eksekutif, termasuk
tanggung jawab kepemimpinan dan papan atas (ii) budaya, (iii) desain
organisasi, (iv) insentif Struktur dan (v) manajemen informasi dan teknologi.
Kami membahas kontribusi yang relevan dari bisnis dan medis literatur untuk
setiap elemen, dan memberikan kerangka kerja ini sebagai peta penuntun untuk
penelitian masa depan dalam upaya untuk mengembangkan definisi optimal dari
'struktur' untuk mengubah inisiatif perbaikan kualitas.
Kepemimpinan
senior
manajemen mutu telah menjadi
prioritas bagi para eksekutif senior dan petugas medis kepala dan kompetensi
mendefinisikan untuk organisasi yang sukses. eksekutif senior duduk di atas
bagan organisasi perusahaan, dan kepemimpinan mereka membantu mengatur arah
organisasi dan panduan Upaya kualitas perbaikan. Para pemimpin ini menghasilkan
ide-ide, menyampaikan ideologi baru, dan menyebarkan mereka selama mereka
organisasi. Sejak revolusi kualitas modern dimulai pada tahun 1980-an, pelopor
kualitas telah berulang kali menekankan pentingnya kepemimpinan untuk mencapai
organisasi kemajuan dalam kualitas [7]. perubahan organisasi didasarkan pada
kepemimpinan manajerial dan dukungan, dan elemen ini penting untuk keberhasilan
pelaksanaan peningkatan kualitas. Pemimpin yang sukses mampu memanfaatkan
sifat-sifat ini untuk merevitalisasi dan mengubah organisasi mereka.
Kepemimpinan Baldrige National
Quality Program ditunjuk sebagai pendorong utama dalam peningkatan kualitas
ketika didirikan kriteria untuk Baldrige Award pada tahun 1987. Ketika
organisasi mengadopsi kriteria penghargaan untuk lembaga kesehatan pada tahun
1989, kepemimpinan tetap di bagian atas daftar. literatur medis juga terbatas
dalam studi besar menunjukkan hubungan antara kepemimpinan dan kualitas. Menggunakan
data survei dari 2.193 rumah sakit masyarakat, Weiner dkk menemukan bahwa
keterlibatan aktif senior administrasi kepemimpinan, termasuk manajemen rumah
sakit, serta kepemimpinan klinis dokter, dipromosikan keterlibatan klinis dalam
peningkatan kualitas.
Tanggung
jawab Dewan
Momentum telah dibangun selama
beberapa dekade untuk rumah sakit untuk terlibat dalam dan bertanggung jawab
atas kualitas pelayanan. Dalam laporan 1999, Institute of Medicine menjelaskan
keselamatan pasien sebagai tujuan organisasi yang diperlukan, menyatakan bahwa
'proses ini dimulai ketika dewan direksi menunjukkan komitmen mereka untuk
tujuan ini, pengawasan dekat keselamatan lembaga mereka menggembalakan.
"Menyampaikan perawatan berkualitas tinggi menjadi semakin diakui sebagai
perusahaan yang tanggung jawab, dan lain-lain telah menyarankan bahwa rumah
sakit harus jauh dar malpraktik. Namun,
banyak hambatan, termasuk kurangnya pengetahuan antara wali, komunikasi yang
buruk antara dewan dan dokter, dan struktur komite terputus-putus, upaya untuk
meningkatkan kualitas menjadi sulit. Perusahaan dan rumah sakit yang sebagian
besar bertanggung jawab untuk mengawasi anggaran keuangan organisasi dan
agenda. program kualitas perbaikan dapat mahal, terutama orang-orang yang
menggunakan manajemen informasi teknologi dan alat canggih. Insentif keuangan
telah menciptakan tangguh penghalang untuk adopsi intervensi kualitas. Terlepas
dari itu, akibat krisis yang sedang berkembang klinis kualitas, rumah sakit
harus menjadi bertanggung jawab untuk kualitas di lembaga mereka. Mereka perlu
untuk memprioritaskan agenda kualitas dan mengikat sumber daya yang memadai
untuk pelaksanaan program berkualitas perbaikan.
Budaya
Budaya perusahaan adalah
kualitas yang diberikannya berpengaruh kuat atas seluruh organisasi. Budaya
suatu organisasi harus menjadi pertimbangan utama dalam seluruh strategi perusahaan dan dalam desain
dan implementasi inisiatif kualitas perbaikan. Budaya perusahaan dapat
didefinisikan sebagai "tingkat yang lebih dalam nilai-nilai dasar, asumsi
dan keyakinan, yang dibagi oleh anggota organisasi. Budaya memiliki efek yang
kuat pada suatu organisasi dan diakui oleh banyak orang sebagai 'lem' yang
memegang sebuah organisasi bersama-sama dan memungkinkan untuk beradaptasi
dengan perubahan lingkungan. Di literatur manajemen, budaya telah terbukti
memiliki langsung berdampak positif pada kualitas, serta operasional dan
kinerja bisnis. budaya perusahaan telah ditunjukkan untuk mempengaruhi gaya
kepemimpinan karyawan lebih dari aspek lain dari pekerjaan karyawan, menurut
sebuah baru-baru ini analisis beberapa ribu penilaian eksekutif untuk lebih
dari 100 perusahaan. Budaya kualitas telah dibuat di beberapa perusahaan bisnis
terbesar dan telah menyebabkan kemajuan signifikan dalam manajemen mutu. besar
multinasional perusahaan seperti Motorola dan General Electric telah berhasil
melembagakan budaya kualitas melalui penggunaan canggih program manajemen mutu
industri, seperti kualitas Six Sigma. Beberapa peneliti telah mempelajari
dampak kualitas dari organisasi budaya dalam pengaturan perawatan kesehatan,
tetapi ada sedikit bukti empiris yang secara meyakinkan sponsor organisasi
budaya dan kinerja. Ada kebutuhan yang jelas untuk memperluas bukti-dasar untuk
menentukan faktor budaya memfasilitasi kualitas kinerja. Sebagai pemimpin
lembaga kesehatan berpikir tentang desain dan implementasi program kualitas
perbaikan, itu akan menjadi penting bagi mereka untuk membuat penilaian yang
akurat dari budaya organisasi baik sebelum dan sesudah pelaksanaan inisiatif
ini. Sebuah Fitur penting dari budaya organisasi di lembaga pelayanan kesehatan
akan menjadi salah satu yang menciptakan akuntabilitas untuk kualitas perbaikan
di semua tingkatan, dari manajemen tingkat atas untuk pengasuh individu. Elemen
penting lainnya akan mengoptimalkan komunikasi dan jejaring sosial dalam upaya
untuk memecah hierarki dan divisi yang membatasi Berbagi informasi. perawatan
klinis akhirnya dikirim ke pasien sepanjang garis layanan yang relatif otonom
(kardiologi yaitu jasa, layanan onkologi). Meskipun bukti empiris yang
menghubungkan budaya yang kuat dan berkualitas dalam setting perawatan
kesehatan mungkin kurang, ada contoh penting dari lembaga kesehatan berkinerja
tinggi yang berakar oleh budaya kualitas yang kuat. Sebagai contoh, Baptist
Health Care di Pensacola, Florida, telah secara nasional diakui untuk
keunggulan selama dekade terakhir. Pembaptis Rumah sakit, finalis 2 tahun untuk
Baldrige National Quality Penghargaan dan kesepuluh pada Fortune 100 Perusahaan
Terbaik untuk Bekerja Sebab, saat ini peringkat di atas 1% secara nasional
untuk kedua kepuasan pasien dan semangat kerja karyawan. Keberhasilan ini
dicapai terutama dengan mengembangkan karyawan-driven organisasi budaya
berdasarkan kerja tim dan komunikasi terbuka. Itu budaya di Baptist diperkuat
melalui beberapa strategi, termasuk karyawan-dikembangkan 'standar kinerja.
"Kesehatan Intermountain, sebuah perawatan kesehatan nirlaba besar Sistem
di Salt Lake City, Utah, bernama atas USA terpadu sistem kesehatan untuk kelima
kalinya pada tahun 2005 oleh 'modern Kesehatan', telah berhasil dalam membangun
budaya yang berkualitas berlabuh pada
kepemimpinan yang sangat baik, informasi canggih manajemen dan umpan balik, dan
komitmen untuk keselamatan pasien.
Desain organisasi
Desain organisasi adalah
proses formal, dipandu untuk mengintegrasikan orang-orang, informasi, dan
teknologi dari sebuah organisasi, dan berfungsi sebagai elemen struktural utama
yang memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan nilai dengan cara mencocokkan
stretegi perusahaan yang mereka desain keseluruhan. Dari perspektif strategi,
desain organisasi merupakan variabel yang belum dimanfaatkan yang perlu dibahas
dalam konteks strategi organisasi dan perubahan. Seperti memperhatikan kualitas
klinis menjadi lebih dari prioritas, itu akan menjadi penting bagi
lembaga-kesehatan berevolusi struktur organisasi dan manajemen yang mendukung
desain dan implementasi peningkatan kualitas inisiatif dan menciptakan
mekanisme pertanggungjawaban untuk kualitas pelayanan.
Sebagai contoh, sebagian besar
proyek manajemen kualitas total berasal dan dilaksanakan di tingkat tim
manajemen rumah sakit melalui pelayanan administrasi dan dukungan high-end.
Namun, perawatan klinis diberikan pada tingkat layanan online oleh dokter dan
tim kesehatan perawatan secara profesional (misalnya perawat, terapis,
apoteker, dll).
Perkembangan orientasi kurang
terpusat, layanan online di rumah sakit harus membantu mendukung pengembangan
total quality management proses di tingkat klinis. desain organisasi dengan
produk dan saluran layanan menjadi lebih umum di lembaga pelayanan kesehatan
dan kemungkinan tumbuh. Inovatif, berkualitas tinggi sistem perawatan kesehatan
seperti berusaha untuk menerapkan upaya kualitas yang baru. perubahan di masa depan struktur
organisasi yang menggabungkan dokter ke dalam peran manajemen mutu di tingkat
layanan, serta pelaporan langsung kepada kepala rumah sakit executive officer,
harus membantu memfasilitasi keterlibatan dokter terhadap manajemen mutu.
Manajemen dan struktur organisasi di perawatan kesehatan organisasi harus
dikembangkan untuk memungkinkan setiap anggota produk dan layanan baris untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang mereka berikan kepada pasien.
Struktur
insentif
Dalam upaya untuk mempersempit
kesenjangan yang terdokumentasi baik
antara pedoman perawatan kesehatan dan praktek klinis, berbagai mekanisme telah
dikembangkan untuk memberikan insentif untuk lembaga kesehatan untuk
meningkatkan kualitas perawatan. Penggunaan insentif keuangan untuk menghargai
kinerja yang diukur telah memperoleh dukungan antusias baru-baru ini. Hasil
dari beberapa studi terbaru meneliti efektivitas membayar kinerja dibandingkan
dengan kualitas- kegiatan perbaikan lainnya (seperti pelaporan publik dan
kualitas perbaikan pendaftar) juga dicampur, dan studi lebih lanjut diperlukan
untuk menentukan peran mereka dalam inisiatif kualitas perbaikan. Meskipun
upaya kualitas perbaikan eksternal seperti pelaporan publik dan membayar untuk
kinerja rumah sakit sasaran kinerja, itu penting untuk mengembangkan struktur
insentif dalam lembaga-lembaga kesehatan individu untuk pengaruh strategi
organisasi dan pengambilan keputusan individual. Misalnya, pada tahun 2003
Centers for Medicare dan Medicaid Layanan meluncurkan Insentif Kualitas Rumah
SakitDemonstrasi (HQID), terbesar membayar-untuk-kinerja proyek untuk tanggal
di Amerika Serikat. The HQID adalah kompetitif Program bonus di mana pahala
adalah relatif terhadap kinerja diukur secara ordinal di pusat tetapi tidak
memberikan insentif langsung ke dokter individu atau lainnya personil saluran
layanan yang beroperasi pada titik pasien peduli. Selain itu, total kompensasi
bonus dari 2003 untuk tahun 2004 untuk 260 rumah sakit yang berpartisipasi
dalam HQID mencapai $ 17.550.000, dan banyak yang mempertanyakan apakah ukuran
bonus cukup besar untuk merangsang
perbaikan mutu secara bermakna. Sesuai dengan ini perusahaan-lebar
proposisi nilai, mungkin masuk akal untuk memperkenalkan rumah sakit sistem
insentif berdasarkan bonus-yang bisa dibagi oleh semua Staf pelayanan kesehatan
ketika tujuan kualitas perusahaan terpenuhi. Ini insentif moneter kemudian bisa
dilengkapi dengan persembahan kepada manajemen puncak dan layanan manajer lini
klinis (Yaitu kursi departemen) untuk memenuhi target kualitas
Manajemen
informasi dan teknologi
manajemen informasi sangat
penting untuk meningkatkan kualitas. Satu studi melaporkan bahwa 85% dari
kesalahan di semua industri dapat dikaitkan dengan kegagalan komunikasi.
Informasi yang lebih baik diperlukan untuk mengelola proses kerja pada tingkat
perawatan klinis dan mengkompilasi laporan tingkat tinggi yang dapat
disebarluaskan seluruh lembaga dan seluruh layanan kesehatan sistem
pengantaran. Salah satu sarana untuk meningkatkan ketersediaan informasi pada
titik perawatan dan seluruh lembaga adalah teknologi informasi (IT). Karena
dampak potensial pada kualitas. Meskipun beberapa lembaga telah menunjukkan
khasiat kesehatan perawatan IT dalam meningkatkan kualitas, ada yang cukup perdebatan
tentang kemampuan untuk melaksanakan luas adopsi solusi TI dalam hemat biaya.
Namun, mengingat kegagalan terdokumentasi dengan baik dalam informasi manajemen
dalam pengaturan klinis, tampaknya tak terelakkan bahwa adopsi perawatan
kesehatan IT akan memainkan penting dalam menyikapi agenda kualitas.
2. JURNAL II
The primacy of the good
midwife in midwifery services: an
evolving theory of
professionalism in midwifery
Sigridur Halldorsdottir
PhD, MSN, BSc, RN (Professor) and Sigfridur Inga Karlsdottir Phd (cand), MSc,
BSc,
RM, RN (Assistant
Professor)
School of Health
Sciences, University of Akureyri, Akureyri, Iceland
Theory is
the acknowledged foundation to practise methodology, professional identity and
growth of formalized knowledge. It has been noted that practice must not only
be evidence-based but also theory-based. Hence, midwifery must be theory based
because theories serve as a broad framework for practice and may also
articulate the goals of a profession and core values. In this paper, an
evolving theory on the empowerment of childbearing women is introduced, where
the midwife’s professionalism is central. The theory is synthesized from nine
datasets and scholarly work, and then more than three hundred studies were
reviewed for clarification and confirmation. According to the theory, the
midwife’s professionalism is constructed from five main aspects: The
professional midwife cares for the childbearing woman and her family. This
caring within the professional domain is seen as the core of midwifery. The
professional midwife is professionally competent. This professional competence
must always have primacy for the sake of safety of woman and child. The
professional midwife has professional wisdom and knows how to apply it.
Professional wisdom is a new concept used to denote the interplay of knowledge
and experience. The professional midwife has interpersonal competence, is
capable of empowering communication and positive partnership with the woman and
her family. The professional midwife develops herself both personally and
professionally, which is the prerequisite for true professionalism. This
evolving theory must be regularly reconstructed in the light of current
knowledge within midwifery. It is an attempt to identify and articulate the
processes and components of the art and science of midwifery practice in an
endeavour of continuing the discipline’s development by assisting in the
understanding and practice of creating further theoretical discourse, processes
and products for midwifery practice. The theory has implications for midwifery
education and practice.
PEMBAHASAN
Sebuah profesi mendasarkan pendidikan mereka pada
tujuan spesifik disiplinnya. Salah satu profesi tersebut adalah kebidanan.
Objektif adalah untuk mempersiapkan calon bidan untuk bekerja secara modern
masyarakat, dalam disiplin ilmiah, yang juga merupakan disiplin praktek dalam
evolusi konstan. Dalam pandangan kami, teori dan model tentang profesionalisme
dalam kebidanan.
Dapat dijelaskan lebih lanjut, dengan mengacu pada
profesionalisme bidan yang baik dalam
memberikan layanan, menjelajahi setiap faktor:
1.
Kepedulian
profesional bidan yang baik : bidan peduli untuk wanita dan keluarganya
dalam domain profesional. Kepedulian terhadap individu ini merupakan jantung
dari kebidanan.
2.
Kebijaksanaan.
bidan memiliki kebijaksanaan dan tahu bagaimana menerapkannya dalam domain
profesional. Kebijaksanaan profesional dikembangkan melalui interaksi
pengetahuan dan pengalaman
3.
Kompetensi .
kompetensi ini memiliki keutamaan di kebidanan untuk menjamin keselamatan ibu
dan anak.
4.
Kompetensi
interpersonal. Bidan mampu memberdayakan komunikasi
5.
Pribadi dan pengembangan. Bidan tahu dan
memelihara dan mengembangkan kemampuan dirinya sendiri, baik secara pribadi dan
profesional.
3. JURNAL
III
Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Kinerja Bidan dalam Pelaksanaan Standar Asuhan Kebidanan Antenatal
Care di Puskesmas Rawat Inap
Kabupaten Gresik
(Factors Related to the Midwives Work Performance
on the Implementation of Obstetric Care Standard in Antenatal Care (Study in
Primary Healthcare Centers with in Patient Unit in Gresik District)
Siti Hamidah1, Laksmono Widagdo2, Lucia Ratna Kartika
Wulan2
1Yayasan Delima Ibnu Sina, Gresik
2 Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro Semarang
PEMBAHASAN
Hasil monitoring IBI
Kabupaten Gresik, 50% Bidan belum memberikan asuhan ANC sesuai standar. Tujuan penelitian untuk mengetahui
faktor faktor yang berpengaruh terhadap Kinerja Bidan dalam Pelaksanaan SAK ANC di Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Gresik.
Metode penelitian; jenis
penelitian kuantitatif dengan
desain crossectional. Pengambilan data
secara angket terstrukur dan observasi dokumentasi hasil kinerja ANC . Populasi semua Bidan Puskesmas Rawat Inap
Kabupaten Gresik berjumlah 119 Bidan. Jumlah sampel 87 Bidan dipilih secara simple random sampling. Analisis bivariat dengan uji Chi
square, multivariat dengan uji
regresi logistik ganda. Hasil
penelitian; Tidak ada hubungan antara Kepemimpinan, kreativitas dan pengetahuan
dengan Kinerja Bidan dalam SAK ANC. Ada
hubungan antara Sistem Manajemen SAK ANC dengan Kinerja Bidan dalam Pelaksanaan SAK ANC (p-Value 0,031<0,05). Ada pengaruh antara Sistem
Manajemen SAK ANC terhadap
Kinerja Bidan dalam pelaksanaan SAK ANC, (p- Value 0,045<0,05).
Disarankan pada Dinas
Kesehatan, meninjau kembali PerMenKes N0938/SK/MenKes/VIII/2007, menghimbau
pelaksanaan SAK ANC pada
Kepala Puskesmas, memfasilitasi pelatihan manajemen organisasi dan SAK ANC untuk Bidan, melakukan supervisi SAK ANC secara berkala. Kepala Puskesmas membuat SK
pelaksanaan SAK ANC, membuat
program pelatihan manajemen organisasi dan pelatihan SAK ANC , lebih intensif memonitoring kinerja Bidan. IBI
melakukan monitoring, evaluasi, menindaklanjuti secara berkesinambungan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Organisasi pelayanan
kesehatan merupakan suatu organisasi yang aktivitas pokoknya melakukan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan salah satu tujuan yang ingin
dicapai adalah memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu atau berkualitas. Salah satu prinsip
organisasi adalah fleksibilitas, artinya organisasi senantiasa dinamis sesuai
dengan dinamika yang ada dalam organisasi dan juga harus memperhatikan
perubahan dari luar organisasi. Rumah
Sakit dan Puskesmas sebagai organisasi pelayanan kesehatan apabila ingin exist
dan mampu menjalankan fungsinya secara optimal, perlu melakukan perubahan
secara internal.
Bidan
merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan
maternal dan perinatal, sehingga bidan dituntut untuk memiliki keterampilan
yang lebih baik disertai dengan kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan pihak
yang terkait dalam persoalan kesehatan reproduksi di masyarakat.
Dengan
adanya standar asuhan kebidanan yang dapat dibandingkan dengan pelayanan yang
diperoleh, akan lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan
pelayanan.
Bidan
dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes).
Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Standar
asuhan kebidanan berguna bagi para bidan dalam penerapan norma dan tingkat
kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang berkualitas, sekaligus dapat
melindungi masyarakat karena proses dan hasil asuhan dapat dilakukan dengan
dasar yang jelas.
Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,
keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien.
Pola
pikir bidan dalam melaksanakan asuhan dikenal dengan manajemen Varney, yang
menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah.
No comments:
Post a Comment