BAB I
PENDAHULUAN
Keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi lebih
manusiawi, yaitu membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang ada,
sehingga akhirnya terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki kematangan
emosional, kematangan moral dan kematangan spiritual.
Ketika seseorang mengkaji agama, pertama-tama hal yang harus
diketahui ialah bagaimana atau dimana agama itu didudukkan dalam kajiannya.
Sebab selain agama bersifat manusiawi dan historis, dirinya juga
mempunyai klaim bahwa ia mempunyai sisi yang bersifat transendental. Yang
pertama agama dipandang sebagai gejala budaya dan sosial sementara yang kedua
sebagai hal yang bersifat normatif-doktrinal. Dengan mengetahui hal ini,
setidaknya pengkaji bisa mengetahui pada sisi-sisi mana yang akan menjadi objek
kajiannya dari Agama.
Dalam hubungan agama dan ilmu
pengetahuan, secara garis besar terdapat dua pandangan yang berkembang di
Indonesia, tetapi kedua-duanya belum diwujudkan dalam usaha yang serius dan
terus menerus. Sebagian pandangan berasumsi bahwa ilmu pengetahuan sebagai
produk dari kegiatan ilmiah bersifat netral [bebas nilai]. Meskipun
lahir dan berkembang dalam masyarakat Barat yang sekuler, ilmu pengetahuan
sebagaimana adanya dapat digunakan untuk kepentingan ummat manusia. Sangat dibutuhkan ilmu agama sebagai
landasan dalam berhubungan antara manusia dengan tuhannya.
Dalam mencapai kesempurnaan kehidupan setiap individu
memiliki akal dan budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan yang
memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada
tuntutan hidup makhluk lain dan memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang
sampai kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain.
Berdasarkan uraian di atas kita mengetahui bahwa tujuan dari
pendidikan humaniora adalah untuk membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya
dan mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis, untuk
kehidupan yang lebih sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ilmu Humaniora
dan Ilmu Agama
Ilmu
dalam pengerti secara umum adalah pengetahuan yang sistematis dan terstruktur.
Ilmu humaniora merupakan ilmu yang
mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia. Pada hakikatnya humaniora adalah
ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup etika,
logika, estetika, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama dan
fenomenologi.
Sedangkan
agama adalah suatu bentuk penghambaan manusia kepada Tuhannya, yaitu bentuk
kepasrahan dan rasa syukur atas nikmat-nikmat dari Tuhan. Di dalam ilmu
keagamaan terdapat pembelajaran yang sangat kompleks, selain pembelajaran
tentang bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhan, maupun hubungan manusia
dengan sesamanya, dan juga dengan alam. Ketiga hal tersebut haruslah dipelajari
dengan seimbang.
Sedangkan
cara kerja dari ilmu agama adalah memadukan antara ilmu dengan agama, sehingga
dalam memahami agama tetaplah menggunakan ilmu yang dapat dijadikan landasan
rasional. Dalam ilmu agama tidak dikenal dikotomi ilmu, karena semua ilmu
memiliki keterkaitan untuk saling menunjang ilmu yang lainnya.
B.
Humaniora dinjau
dari agama
Humaniora merupakan ilmu yang
memanusiakan manusia jika ditinjau dari agama Manusia merupakan makhluk yang
paling mulia di antara
makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
Beberapa
keistimewaan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk yang lain, adalah :
v Manusia mampu mengatur perkembangan
hidup makhluk lain dan menghindarkannya dari kepunahan.
v Manusia mampu mengubah apa yang ada
di alam ini
v Manusia memiliki ilmu pengetahuan
yang karenanya kehidupan mereka makin berkembang dan makin sempurna
v
Semua
unsur alam termasuk makhluk-makhluk lain dapat dikuasai manusia dan
dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
Pendidikan humaniora adalah
pembinaan kualitas kepribadian anak didik, yaitu untuk mencapai tujuan pengembangan
“pribadi seutuhnya”. pendidikan
humaniora juga mementingkan masalah spiritual. Manusia tak cukup hanya kaya,
tampan, cantik dan berkecukupan. Orang yang tersebut tidak akan tenang hatinya
tanpa adanya ketenteraman hati. Hal ini dapat dicapai dengan selalu mendekatkan
diri pada sang khaliq dan mensyukuri nikmat-Nya.
Jadi pendidikan humaniora adalah suatu bahan
pendidikan yang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi
lebih manusiawi, yaitu membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi
yang ada, sehingga akhirnya terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki
kematangan emosional, kematangan moral dan kematangan spiritual.
Berbagai macam kasus kekerasan yang terjadi di dalam
kehidupan bermasyarakat, tindakan anarkis dan pelanggaran nilai kemanusiaan
bahkan sudah menjadi keseharian. Indikatornya adalah pendidikan agama belum berperan signifikan dalam
proses membangun kepribadian bangsa yang berjiwa sosial dan kemanusiaan.
Tampaknya, manusia harus lebih “dimanusiakan” lagi.
Humaniora ditinjau dari agama yang berorientasi pada kemanusiaan merupakan salah satu
upaya mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis. Melalui
pendidikan humaniora diharapkan manusia dapat mengenal dirinya,
kemanusiaannya yang utuh, dan tidak hanya dapat menundukkan lingkungan alam
fisik melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada prinsipnya, pendidikan
humaniora bertujuan membuat manusiawi/untuk keselamatan dan kesempurnaan
manusia.
Dengan adanya akal dan budidaya pada manusia, telah menyebabkan
adanya perbedaan cara dan pola hidup di antara keduanya. Oleh karena itu, akal
dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang berdimensi
ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat
spiritual. Manusia dimanapun dia berada dan apapun kedudukannya selalu
berpengharapan dan berusaha merasakan nikmatnya kedua jenis kehidupan tersebut.
Hal di atas sebagaimana kodrat dari Tuhan bahwasanya manusia
memang ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling
mengenal. Saling mengenal di sini diartikan bahwasanya agar mereka yang
berbeda-beda itu bisa saling melengkapi dalam artian memberi dan menerima. Kemajuan dan perkembangan yang hanya
terbatas pada kemajuan material saja akan menimbulkan kepincangan pada
kehidupan manusia. Kehidupan mereka kurang sempurna, dimensi di dalamnya akan
hilang, karena batin mereka kosong akibatnya tidak akan memperoleh
ketenteraman, ketertiban hidup, melainkan justru dapat lebih rusak karenanya.
Material dan spiritual adalah dua hal yang saling
melengkapi. Dua hal ini bagaikan jasad dan roh. Kebahagiaan material akan
menunjang jasmani kita, sedangkan kebahagiaan spiritual akan menunjang rohani kita.
C.
Feminisme dan
Analisis Gender
D.
Diskriminasi Gender
terhadap perempuan dalam sektor pekerjaan
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar Pustaka
Fakultas Filsafat UGM. 2007. Filsafat Ilmu Sebagai
Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Liberty.
No comments:
Post a Comment